Laman

Senin, 09 Agustus 2010

QASHR (القصر)

Secara etimologis qashr adalah (الحبس) yang artinya terpenjara. Secara terminologis Qashr adalah pengkususan suatu perkara pada perkara lain dengan cara yang khusus. Setiap qashr memiliki dua tharaf, yaitu maqshur (مقصور) dan maqshur ‘alaih (مقصور عليه). Berdasarkan kaitan kedua tharafnya, qashr dibagi menjadi dua, yaitu qashr ‘ala maushuf dan qashr maushuf ‘ala shifat.
Sarana-sarana Qasrh yang termashur ada empat, yaitu;
a. Nafyi (ما)dan Istisna’(الاّ), dan maqsur ‘alaihnya terdapat setelah huruf istisna’. Contoh:
• ما محمد الا رسول
• لا يعلم الغيب الا الله
b. Innama (انّما), dan Maqsur ‘alaihnya adalah lafad yang wajib disebut terakhir. Contoh:
• انما الحياة تعب
c. Athaf dengan laa (لا), bal (بل), atau laakin (لكن). Contoh:
• الارض متحركة لا ثابتة
• ماالارض ثابتة لكن متحركة
• ماالارض ثابتة بل متحركة
Bila athafnya memakai huruf laa, maka maqshur ‘alaihnya adalah lafad yang bertolak belakang dengan lafad yang jatuh setelah laa, dan bila athafnya itu dengan bal atau laakin, maka maqshur ‘alaihnya lafad yang didahulukan
d. Didahulikannya lafad yang seharusnya diakhirkan. Disini maqsur ‘alaihnya adalah lafad yang didahulukan. Contoh:
• طالب انت
Pembagian Qashr Menjadi Haqiqi dan Idhafi
Berdasarkan hakikat dan kenyataan, qashr itu dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Hakiki, adalah dikhususkannya maqshur pada maqshur ‘alaihnya berdasarkan hakikat dan kenyataan, yaitu sama sekali maqshur, tidak lepas dari maqshur ‘alaih kepada yang lain. Contoh:
• انما الرازق الله
b. Idhafi, adalah dikhususkannya maqshur pada maqshur ‘alaih dengan disandarkan kepada sesuatu yang tertentu. Contoh:
• لا جواد إلا علىّ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar